Pages

Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

As Time Passes By

Friday, 27 January 2012

Go, fella


ONE
       Aku memang secara universal mengakui bahwa kelebihan utamaku terletak pada seberapa sering aku membuat lain bingung dengan apa yang aku tuliskan.
Aku sendiri sampai terheran-heran dibuatnya. Memangnya apa sih yang aku tulis? Kamus?
            Yah, tapi bisa dibilang aku sendiri juga mengambil keuntungan dari ketidaktahuan mereka tentang kalimat majemuk bertingkat dan kegemaran mereka membaca novel terjemahan yang relatif. Aku bahkan sangat menyukai keuntungannya!
Kalian tahu sendirilah, sangat susah menjaga berkasmu bahkan yang sudah berbentuk elektonik Kalau sudah begini sih, aku jadi tidak perlu repot-repot memasang sandi pengaman. (Hahhahaha)
           
            Baiklah, mungkin aku memang menilai diriku terlalu tinggi. Aku pontang-panting dalam hampir setengah umur yang kumiliki hanya untuk satu hal; MEMBUAT ORANG LAIN MENGERTI.
            Satu kata, menyedihkan.
            Entah sudah berapa tanda telah aku siratkan, atau sudah berapa pesan yang telah aku katakan, tapi semua petunjuk itu nyaris selalu berakhir dengan kepastian yang hampir sama dengan sebuah hirarki; AKU.
            Hanya ada aku dan tampaknya akan terus begitu.

            Aku pernah mendengar seorang pelaut di televisi berkata, “Kalau kau ingin hasilnya benar maka kau harus melakukannya sendiri.”
Bijaksana memang, tapi benar-benar tidak perlusungguh. Maksudku, siapa sih yang berani menjamin kau sedang bisa melakukan pekerjaan itu sendiri sepanjang waktu? Lagipula siapa pelaut yang sok tahu itu? Tendang dia kalau dia bukan Orlando Bloom!

Tidak ada orang yang kelewat bodoh yang dengan seenaknya memutuskan bahwa semua yang dia butuhkan adalah dirinya sendiri Kalaupun ada, hal terkeren yang bisa kita simpulkan dari itu hanyalah orang itu lebih bodoh dari keledai, itu pasti.
            Lalu sekalipun tidak bodoh, siapa lagi aku ini hingga bisa bahkan memutuskan sesuatu sebesar itu? Pertanyaan bodoh memang, tapi aku dengan senang hati menganggapnya perlu mengingat aku membutuhkan sesuatu yang bisa kulakukan sebagai kompensasi atas ketidakberhasilanku mencapai hal-hal yang aku inginkan.

Jadi dengan tidak menjadi siapa-siapa, kurasa masuk akal jika hal yang kulakukan selanjutnya adalah bersikap layaknya orang pada umumnya. Meskipun kenyataan bahwa dengan begitu aku akan kehilangan sebagian dari jati diri yang telah aku bangun bertahun-tahun hanya untuk hal yang demikian remeh dan temeh terus mengganggu sepanjang waktu, aku tetap saja tahu aku harus melakukannya.
            Seharusnya aku memakai kruk. Mungkin dengan begitu remeh tidak akan terdengar asing bagiku.

No comments:

Post a Comment