Seseorang
pernah mengatakan―padaku―bahwa tulisan yang kita buat menggambarkan kita lebih
baik. Tentang yang kita pikirkan dan apa yang kita inginkan dalam hidup. Oh aku
punya banyak sekali. Aku adalah jalang pengeluh kelas satu yang sangat tidak
tahu diri hingga menginginkan banyak hal. Menoleh terlalu sering ke dalam hidup
orang lain. Tapi menulis, bagaimanapun juga, adalah salah satu dari sedikit hal
yang bisa kulakukan dengan baik. Yang kuinginkan untuk baik karena aku hampir
tidak perlu berpikir saat melakukannya.
Pikiranku
mencipta duniaku, itu benar. Tapi aku tidak berani memikirkan sudah seluas apa
dunia itu sekarang, karena kenyataan bahwa tidak ada seorang pun dalam radius
satu juta kilometer yang memikirkan hal yang sama sedikit membuatku takut.
Kukira
aku sedang melatih diri sekarang. Melatih untuk hal-hal semacam bagaimana
melihat lebih jauh, atau bahkan merasakan lebih dalam. Ini lebih merupakan
beban ketimbang berkah kalau boleh kutambahkan. Karena sebagai seseorang yang
melihat semuanya dari sisi sensitifitas, aku seringkali dituntut untuk menjadi
peka. Hal ini bisa menjadi menyenangkan kalau saja aku tidak mempunyai musibah
seukuran Hiroshima, yang―ironisnya―menjelaskan kekhawatiranku.
Ini
bukan karya―rentetan kata-kata dan syair semacam ini kutulis hampir setiap
hari, aku tidak akan menyebutnya seperti itu. Ini adalah hal-hal yang kurasakan ada di kepalaku. Hanya
di kepalaku. Karena itulah ini semua harus dikeluarkan. Kalau kata-kata dan
syair itu ternyata jauh lebih rumit daripada soal-soal Ujian Akhir, kita anggap
saja itu sebagai keberuntungan yang―tidak terlalu―manis.
Contohnya,
Bumi yang terkasih,
angkasa sedang
terjepit
aku tengah di tepi
kertas kosong
tertiup ke
lorong-lorong
Bumi, jendelanya rapat
kini
dan ini,
Langit bersedih kawan,
katanya
karena tawa tidak bisa
mnecapai mata
sedang kaki tak jua
genap melangkah
oh tanah tanpa nyala
berilah aku rima
supaya berwarna
atau ini,
Ayo
kita pergi dari bumi
Ayo
temukan jati
di antara rasi
menari
dan tidak kembali
oh dan yang agak west
tentu saja,
There’s a letter
fulled by wants
and hopes
There’s a girl
who trapped
and find
it might be useless
could be pointless
but it’s still
counted
ended
girl and her letter
together
marked
leave the earth
Aku
mungkin memang tidak gila, tapi kurasa aku sudah mulai menunjukkan
tanda-tandanya. Menurut pendapatmu, kira-kira bisa tidak ya aku datang ke
kampus tanpa kepala? Aku ingin satu hari tanpa pikiran-pikiran ini. Agar aku
bisa melihat kearah yang sama seperti orang lain. Semua orang kecuali aku.
Bodohbodohbodohbodohbodohbodohbodohbodohbodohbodohbodohbodoh
Saya tahu saya tidak boleh komen. Bahkan baca ._. *thenwhattheheckareyoudoinghere??!!*
ReplyDeleteboleh ko, kalo engga buat apa di post ke blog coba u.u
Delete