Pages

Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

As Time Passes By

Friday, 16 March 2012

Bagian Pertama

April dan Korea-nya
 oleh Fella Mutiara



            “ Menurut kamu bagus ga kalo diletakkin di sini? “
               April merapikan poninya. “Bagus. Jelas bagus. “
               “ Dan bakalan lebih bagus lagi kalo kamu berenti cemberut kayak gitu, Jeny, “ tambah April sambil tertawa.
               “ Jelek banget tau, hahaha. “
               Mau tidak mau gadis bernama Jeny itu ikut tertawa. Dengan satu gerakan mulus dia mendudukan dirinya di samping April yang sedang asyik menekuni video klip lagu favoritnya. Korea.
               “ Coba deh, kamu bantu aku sekali-sekali. Apa sih untungnya nontonin yang kayak begituan? “ Jeny mulai. Ada banyak hal yang ingin ia ketahui di dunia. Tapi Korea dan segala macamnya itu tidak pernah menjadi salah satunya.
               Untunglah aku selalu sebodoh dan sepintar ini.
               “ Ah, kamu Cuma gat au aja harus mulai dari mana, “cibir April tanpa mengalihkan pandangannya dari televise.
               “ Oke, coba kita liat. Putih, mancung, sipit, rambut gaya abis… “ Jeny mengatupkan jarinya stu persatu. Berpura-pura sedang berpikir keras.
               “ Ternyata lumayan banyak. Heran, kok bisa aku sampe ga tau ya? “
               April terkekeh. Dia lalu berpaling kepada Jeny, pertama kali sejak acara musik itu mulai 2 jam yang lalu.
               “ Akhirnya . . “ celetuk Jeny asal.
               April tersenyum. Menampilakn sederet giginya yang─ bukan jelek─ tapi unik. Membuatmu teringat akan tokoh Bobo.
               Jeny menghela napas panjang. Betapa dia akan melakukan apa saja untuk terus bias melihat senyum itu. Melihat bagaimana tulang pipinya kelihatan menonjol ketika dia sedang tersenyum. Atau matanya yang menyipit persis orang-orang yang diidolakannya itu. Atau rasa hangat yang tiba-tiba dirasakan Jeny menjalari dadanya.
               Rasanya . . . . Luar biasa.
               Bukankah menyenangkan memilki seseorang untuk di ingat seperti itu? Bukankah, seperti yang Mbak Dee katakan dalam bukunya Supernova; hangat yang nampaknya kekal. Bukankah itu yang semua orang inginkan? Yang kita inginkan?
               Dia berusaha mengingat lebih banyak. Entah pada hari apa pada bulan Desember 2 tahun yang lalu, Jeny menemukan April menangis di depan rumahnya. Hari itu hujan dan April menangis. Meminta di sela-sela tangis unutk diizinkan tinggal bersamanya. Jeny tidak tahu mana yang lebih basah, hujan atau mata April. TApi untuk pertama kali yang bisa dia ingat dalam hidupnya, hatinya ikut hancur melalui airmata yang bukan miliknya. Melalui penderitaan yang tidak dialaminya.
               Sejak saat itu melihat April sudah menjadi kekuatannya. Sejak saat itu, April sudah menjadi bagian dari hidupnya. Bagian lain dari dirinya. Dia sendiri tidak pernah tahu ada ikatan semacam itu di dunia. Yang dia tahu hanyalah, dia akan hadir untuk April selama yang dia bisa. Yang dia tahu, hal yang dia inginkan adalah melihat April bahagia.
               Ah, April. Aprilnya yang baik.
               “ Pinternya, kamu ga suka tapi mau aja repot-repot merhatiin kulit, hidung, sama rambut mereka. Kamu jadi haters aneh tau ga. “ April masih terkikik seolah-olah Jeny bertampang setolol Mr. Bean.
               Jeny nyengir, “ Man, kita tuh perlu merhatiin yang kayak begitu kalo pengen tau apa yang sedang kita benci. “
               “ Aku bukan Man, “ April memonyongkan bibirnya.
               “ Yup, karena kamu P-Man, “ sahut Jeny usil.
               Mereka pun tertawa. Lama sekali.

               April selalu berharap mempunyai Korea-nya sendiri, Jeny tahu itu. Penuh masalah, sedikit drama, hidup enak, menari dan bergerombol, dan hamper selalu berakhir bahagia.
               April dan Korea, seperti dua sisi mata uang logam yang tidak akan pernah bertemu. Kenyataannya hidup tidak pernah sebaik itu. Tapi April sendiri kelewat baik. Dia tidak peduli hidup seperti apa yang menunggunya setelah ini. Dia lebih suka, selalu lebih suka, kalau hidup itu sesederhana pikirannya.
               Seindah Korea-nya.
               Ah, April. Aprilnya yang baik.


Sunday, 11 March 2012

Bagian Keempat

kkk
Yang keempat. Satu lagi dan semuanya akan selesai. Tidak tahu apakah hariku yang buruk akan mempengaruhi cerpen ini atau tidak, yang jelas inilah dia:





Kendall dan Jenny
oleh Fella Mutiara



stop this train. I wanna get off and go home again
I can’t take the speed, it’s moving in. I know I can’t but honestly,
would someone stop this train

          Aku suka John Mayer. Tapi besok ulangan ekonomi. Jadi aku berusaha mengabaikan lagunya sembari belajar, dan gagal. Aku menangis seperti orang sedih sungguhan. Yah, sebenarnya aku memang  bisa dikatagorikan sedih waktu itu. Lagu ini menggambarkan Jenny dengan sangat tepat. Entah kenapa teriakan minta tolongnya terdengar lebih jelas saat itu.
          “ Baik-baik saja, Kendall? “ tanya Jenny. Tas LA LAKERS—yang dia beli seharga 10 dollar atas bujukanku—miliknya tersampir di pundak. Dia kelihatan keren memakainya, tidak seperti aku.
          “ Yup, “ jawabku singkat sambil mengaduk-aduk tas selempang bututku. Kacamata, di mana aku meletakkan kacamata.
          “ Yah, syukurlah kalau begitu. “
          Tunggu dulu, syukurlah ? Apa-apaan itu ?! Tentu saja aku baik-baik saja! Aku memang tampak seperti bocah jika berdiri di sampngnya, tapi—HALO!—aku juga kapten basket di sekolahku! Rekorku pun cukup bersih, hanya satu benjolan di dahi dan satu kacamata yang patah. Lagipula cewek-cewek girlie  itu sangat membantu. Oh ya, membantu sekali. Tim kami tidak bergerak dari dasar.
          “ Kurasa aku akan tahu kalau aku tidak baik-baik saja, tapi terimakasih sudah memperhatikan—karena bermain basket selama 20 menit itu membunuh sekali, “ jawabku defensif.
          Jenny terbelakak, “ kau ap….? Astaga, kau ini sungguh-sungguh ya? “
          Dia tertawa terbahak-bahak. Lalu menepuk-nepuk kepalaku. Oh bagus, sekarang akulah anak kecilnya. Aku merasa sangat konyol.
          Aku memberitahukan hal ini kepada Jenny sambil menontonnya melepaskan sepatu dan menggantinya dengan sandal.
          “ Kau tahu, “ katanya. “ makin sedikit yang kau rasakan, makin baik. “ Jenny mengatakan ini dengan begitu pelan hingga aku nyaris mengira dia sedang berbisik.
          Aku berpikir Jenny sedang berusaha mengusiliku, tapi ketika aku melirik untuk melihat wajahnya, pikiran itu langsung lenyap. Ekspresi itu baru. Ekspresi yang tidak pernah kulihat ada di wajahnya. Bibirnya tersenyum, tapi senyum itu seakan tidak bisa mencapai matanya. Ada hal lain yang telah lebih dulu ada di sana.
          “ Karena kau berlari lebih lambat dari siput—dan aku jadi bertanya-tanya, apa 20 menit akan merobohkanmu atau bahkan membuatku perlu memanggil Aero Boy—untuk memberikan napas buatan, “ Jenny menjelaskan panjang lebar dengan gaya acuh tak acuh.
          Usaha yang bagus. Tapi walau bagaimanapun aku sedikit terpancing. Aku mencomot sejumput tanaman berbunga di sampingku.
          Aku lalu mengacungkannya ke depan wajah Jenny, “ apakah pernah ada seseorang yang melemparimu dengan bunga, Jenny? Aku bertanya dengan nada yang sama sekali tidak manis, yang tidak berguna untuk mempertajam ancamanku.
          Ini malah membuatnya tertawa lebih kencang. Hilang sudah ekspresi kegetiran yang sempat muncul di wajahnya tadi.
          “ Bisa-bisanya kau tertawa ! “ seruku dengan nada terhina yang dibuat-buat. “ Wolverine, TMNT, Ultramen, dan Timmy Turner tidak akan berdiam diri melihat penghinaan ini ! “
          Jenny tertawa semakin keras, “ Oh, ayolah, “ katanya dengan nada meremehkan yang membuat permainan ini semakin menarik.
          “ Kau akan menerima akibatnya, manusia, “ balasku sambil memasang kuda-kuda ala Bruce Lee.
          Jenny hanya memutar bola matanya dan dengan sengaja memasang tampang bosan. Lalu menjulurkan lidahnya. Sisa sore itu kemudian dihabiskan dengan teriakan dan  kejar-kejaran seru.

***
          Buku Jenny terbit di California hari ini. Untuk cetakan  yng ketiga. Boooo luarbiasa hoooo. Aku tidak bisa tidak angkat topi buat Jenny soal  ini. Dia memang luarbiasa. Ini bukan hanya mengenai bukunya, namun juga mengenai integritasnya untuk tetap menggunakan kata-kata—bukan tindakan—dalam mencoba mambenahi yang salah di dunia ini. Jenny mendapat ejekan tidak kurang dari saru lusin setiap hari karena—catat ini—terlihat flamboyan  dengan semua hal yang dia tulis di bukunya. Tapi dia tidak berubah demi menyenangkan semua orang dan tetap melakukan hal yang dia lakukan sekarang sambil mempercayai tujuannya.
          Rasa kagumku terhadap Jenny belum hilang sampai dia mulai mengalihkan kelebihan muatan pikirannya dengan menulis di blog. Sebenarnya, bukan tulisannya yang menjadi masalah. Jenny-lah masalahku. Jenny selalu bersikeras bahwa sampai mati pun dia tidak akan pernah menganggapku sebagai sahabatnya, dia selalu beralasan karena dia telah menyediakan tempat untukku sebagai adiknya. Dan ini menjadi lebih sulit karena persis  itulah hal yang dilakukan Jenny.
          Sementara aku, terus-terusan kesulitan untuk melihat hubungan ini dengan cara yang sama, Aku tidak yakin bagaimana hubungan saudara bisa mengalir lewat hal lain selain darah, sekalipun aku sudah mengatakan bahwa aku talah menunggu sangat lama untuk mempunyai seorang kakak. Sepenuhnya Jenny hanya mencoba memenuhi janjinya. Untuk terus mencoba hadir di hidupku. Yang membuaku merasa tidak patut adalah, Jenny hadir justru di saat aku tidak bisa memberikan hal yang sama sebagai balasannya.
          Aku seorang cewek normal—dia tidak bisa menyalahkanku—dan ini semua membuatku bertanya-tanya, apa sih yang sebenarnya sedang dia lakukan kepadaku? Kenapa dia begitu ngotot?  Maksudku, dari semua orang di dunia, kenapa dia memilihku untuk dijadikan objek kasih sayang platonis-nya? Apa yang dia lihat dariku?
          Ini semua terlalu aneh buatku. Jenny memang mengatakan sesuatu tentang bahwa akulah orang yang paling mungkin  mengerti dikarenakan pikiranku seperti semacam, berada di frekuensi yang sama dengannya. Terkutuklah aku kalau maksudnya aku adalah orang yang pintar. Dia menilaiku terlalu tinggi, tuh aku sudah mengatakannya.
          Buktinya saja aku tidak bisa mengerti ketika dia mengatakan ini semua, lalu justru memilih mundur dan—ya, benar—meninggalkannya. Aku bahkan berhasil mengabaikan apapun perasaannya dan melanjutkan hidupku. Aku punya hidup sendiri yang menuggu untuk dijalani. Begitulah.
          Dari semuanya, aku benar-benar berharap bisa menanyakan ini kepada Jenny:
Apa sih yang menurutmu bisa kau lakukan dari jarak seribu mil?
          Dan jawaban Jenny seakan bergema di telingaku,
          “ Mungkin kau menganggapnya tidak ada. Tapi Kendall, kau bahkan tidak tahu setengahnya, “
          Dengan pencerahan, pemahaman, dan pengertian yang tidak akan pernah bisa masuk ke sistemku.
          Aku, nyatanya, terlalu tersesat oleh dinamika hubungan kami plus kehidupan baruku yang—kupikir—ingin kuraih sebagai remaja hingga melewatkan satu-satunya kenyataan penting dalam ucapannya—inti dari semua pelajaran hidup ini:
bahwa dia mengatakan kalimat itu dengan senyum tulus yang mengalahkan hangatnya matahari musim semi.
          Kali ini, mencapai matanya. Hatinya.
         
          Lagu Stop This Train  milik John Mayer mengalun sebagai latar seakan telah menentukan pihak.
          “ Keretanya. Tidak. Akan. Berhenti, “ ujarku, mengeja setiap katanya.
Keras. Tegas. Tapi aku khawatir itu tidak cukup, bahkan untuk diriku sendiri.


                                                                                      Kendall dan Jenny,
                                                                                        March 8th 2012



. . . . to be continued to April, Kendall, Jenny

Perkenalkaaaaaaaan ^^


Halo semuanya. Hai.
Begini, aku tahu sangat aneh bahwa aku menulisakan biodataatau apa saja kau menyebutnya—di bagian belakang.
Tapi aku—sialnya—sudah mulai, dan tidak bisa berhenti (sial! Lebih dari satu kali). Jadi inilah dia, beberapa-hal-yang-aku-ingin-kalian-tahu-tentang-aku:

1. Dilahirkan dengan nama lengkap Fella Mutiara pada tanggal 15 Februari tepat sembilan belas   tahun        yang lalu (inilah yang menyebabkanku kehilangan kepercayaan terhadap frase nama adalah anugrah,      karena namaku secara kebetulan artinya adalah anak laki-laki atau teman).
2. Berjenis kelamin perempuan dengan rambut hitam keriting—yang membuatku lebih menyakinkan   berasal dari ras negroid ketimbang mongoloid, dan kacamata yang melorot 24x24 jam dalam sehari.
3. Sedang kuliah semester kedua di English Department pada Faculty of Humanities, Andalas University    (apakah aku berhasil membuatnya terdengar keren?)
4. Mantan anggota komunitas maya pencinta Harry Potter terbesar, “HWW” (Please welcome to,    Angelina  Johnson).
5. Sangat ‘mencintai’ Taylor swift dan sedang berusaha ‘mencintai’ Joe Brooks.
6. Dipengaruhi secara mendalam oleh pengarang asal New Jersey, Megan McCaferty.

Saturday, 10 March 2012

This is what I'm talking about

So yesterday I was exposed to something that really blew my mind. Polyamory.
Polyamory is the practice of having more than one intimate relationship at a time with the full knowledge and consent of everyone involved. Although it sounds similar to polygamy, its different in that it isn't so patriarchaly centered and could potentially involve all women. People in polyamorous relationships have a primary (their main relationship), a secondary (a second person to fulfill any needs they cannot get from their primary), and a tertiary (their third rung relationship partner). Everyone in the situation is fully aware of the relationship structure, and the triangle can include both men and women.
My friend called polyamourous relationships “the most honest type of relationship.” The logic behind this statement is this:
Although it is not a monogamous relationship, all parties are introduced to each other and know the situation, so technically there isn't any “cheating” by the usual standard of the word. There isn't secrecy. No one has to feel like they need to pretend about who they are. If you don't like sports, but your primary is a sports fanatic, you know they can get their fill of sports related antics with their secondary. No one has to feel unfulfilled in any aspect of their life, because they have multiple people to get multiple “things” to make them feel fulfilled in their relationship/s. With this rationale, although not a type of relationship structure I would get into, polyamory does seem to be an open/honest type of relationship. Everything has to be out on the table for it to actually work. Everyone has to be honest.
So what do you think? Polyamory = “the most honest type of relationship” ???

Sunday, 4 March 2012

Aquarius's step


                Oke, biar aku jelaskan. Aku bukan jenis orang yang bias begitu saja percaya pada apa yang orang lain tuliskan tentang aku (aku akan beralasan kalau semua orang adalah membosankan dan sama sekali tidak mengerti apapun—selain pakaian apa yang harus mereka pakai keesokan hari supaya si A dan B bisa tergerak melihat mereka dan hal-hal semacam itu, tapi penasihat pribadiku yang menghilang entah ke mana bilang bahwa itu adalah pendapat yang agak narsistik).
                Tapi yang tertulis di sini, maksudku—baiklah—di primbon yang kukira tidak salah kalau menyebutnya satu keluarga dengan ramalan bintang, menohokku dengan telak. Baiklah, aku mungkin sudah tidak adil. Perasaaan adalah perasaan, dan oleh karenanya akan terus menjadi subjektif sepanjang waktu. Aku bersyukur pendapatku didukung oleh kenyataan bahwa manusia adalah makhluk irasional, khususnya untuk hal yang menyangkut perasaan.
                Jadi aku akan memaafkan diriku karena sekali lagi mengabaikan kenyataan bahwa ini adalah hal konyol yang seharusnya tidak dilakukan oleh orang spertiku yang—oh!—tercerahkan beberpa langkah lebih jauh dari orang lain. Maka, inilah dia, hal-hal-yang-tidak-aku-begitu-ketahui-tentang-aku :

Para Aquarius bersifat progresif, inovatif dan penuh gagasan. Individu ini sangat progresif dalam cara berpikir, cenderung individualistik dan enggan mengikuti keramaian. Walaupun pada dasarnya mereka tidak antusias untuk menjadi pemimpin, beberapa diantaranya berhasil menjadi pemimpin. Sikapnya eksentrik, penuh keyakinan, namun keras kepala. Mereka cenderung bersikap adil. Dalam bekerja selalu penuh keseriusan, walaupun dari luar mereka nampak tenang, namun di dalam hatinya mereka sangat takut dan gugup. Aquarius suka barang-barang mewah, namun tidak serakah. Mereka tidak menyukai adat istiadat dan peraturan-peraturan kuno dalam keluarganya dan cenderung melanggar peraturan. Mereka suka mengikuti kata hatinya bila menyangkut masalah perasaan. Mereka cenderung menyakiti dirinya sendiri daripada menyakiti orang lain. Aquarius dapat menyelesaikan masalah karena mereka mampu keluar dari dilema. Mereka peduli pada hal-hal besar dan sangat manusiawi. Aquarius pribadi yang senang menyendiri, perlu banyak waktu untuk mengenal mereka karena mereka hanya membuka diri pada orang yang mereka percaya, hormati dan cintai
           
            Konyol? Ya, aku tahu. Satu-satunya pendapat profesionalku mengenai ini adalah; aku harus mengeluarkan otakku dan mencucinya dengan deterjen mobil.